Berita Terbaru

Demikian disampaikan peneliti wayang golek asal Perancis Sarah Andrieu saat menjadi pembicara pada acara Keurseus Budaya Sunda “Langkung Wanoh ka Wayang Golék” yang digelar Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Universitas Padjadjaran secara virtual. Seperti disampaikan dalam siaran pers Unpad.

Sarah menuturkan, meningkatnya atensi masyarakat disebabkan wayang bukan sekadar pertunjukan seni biasa. Di dalamnya ada pertaruhan budaya, politik, agama, hingga kondisi sosial budaya yang tergambarkan dalam lakon yang diperankan.

Pertaruhan itu menunjukkan bahwa wayang golek bisa menjadi media untuk menggambarkan situasi Indonesia. Hal ini yang mendorong Sarah untuk meneliti dan mengeksplorasi wayang golek sejak 2005 dan sukses membawanya untuk pentas di Perancis.

Selain meningkatnya kesadaran masyarakat, pengakuan UNESCO juga melahirkan wacana baru untuk mengklaim identitas sebagai dalang wayang golek. Identitas ini dilakukan untuk mengklaim bahwa seni wayang asli Sunda ini memiliki kesetaraan dengan jenis wayang lainnya, seperti wayang kulit.

“Dulu ada keluhan dari dalang senior bahwa wayang golek tidak dihargai setara dengan wayang kulit. Adanya (pengakuan) UNESCO seolah-olah dalang punya peluang baru unuk memperjuangan status wayang golek di Indonesia maupun internasional,” papar Sarah.

Sarah juga menyebut minat masyarakat, khususnya masyarakat Sunda, terhadap wayang golek cukup meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Menjamurnya komunitas pencinta wayang golek ataupun fans dari dalang tertentu menjadi faktor meningkatkan minat masyarakat akan seni tradisional tersebut.

Komunitas tersebut berhasil merengkuh generasi milenial untuk mencintai wayang golek. Sarah melihat, para anggota komunitas mampu mengikuti pertunjukan wayang di mana saja.

“Mereka cukup fleksibel mengikuti pertunjukan di daerah mana saja. Mereka biasanya datang sebagai rombongan,” ucap peneliti yang fasih berbahasa Indonesia dan Sunda tersebut.

Kendati demikian, pandemi Covid-19 sempat melumpuhkan sektor pementasan wayang golek. Pergelaran wayang baru diizinkan beberapa bulan ke belakang. “Kenapa tidak diizinkan dari awal, karena wayang golek penontonnya suka banyak sekali. Intinya (perkembangan wayang) sebenarnya sehat,” imbuhnya.

Acara yang dimoderatori Ketua PDPBS Unpad Prof. Ganjar Kurnia ini juga menghadirkan pembicara dalang Apep AS Hudaya. Apep menjelaskan, profesi dalang merupakan pekerjaan yang sulit dan kompleks.***

 

 

Sumber: Humas Jbr

Tinggalkan Balasan

Share Article: