Memulai Rangkaian Hajad Dalem Grebeg Mulud, Keraton Yogyakarta Mulai Gelar Prosesi Numplak Wajik

Screenshot_20240914_190930_Instagram-300x188 Memulai Rangkaian Hajad Dalem Grebeg Mulud, Keraton Yogyakarta Mulai Gelar Prosesi Numplak Wajik

Bidik Ekspres.id | Yogyakarta

Kraton Yogyakarta memulai rangkaian Hajad Dalem Grebeg Mulud dengan prosesi Numplak Wajik di Panti Pareden Kompleks Magangan pada Jumat sore (13/09). Inti Numplak Wajik adalah prosesi menuang seluruh adonan wajik sebagai isi bakal Gunungan Putri dengan cara membalikkan wadah. Tradisi ini menjadi perlambang kehidupan yang diawali dari rahim seorang ibu dan biasanya dilaksanakan tiga hari sebelum Grebeg.

Prosesi inti tersebut menandai pembuatan calon gunungan atau simbol sedekah raja kepada rakyat yang akan dibagikan saat Grebeg Mulud pada Senin (16/09). Gunungan Estri menjadi satu dari tujuh Gunungan yang akan dibagikan saat prosesi Grebeg Mulud tersebut.

Rombongan abadi dalem keparak dipimpin Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Datu Dana Suyasa Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi yang datang dari utara Regol Kemagangan tiba dilokasi pada pukul 15.30 WIB. Kedatangan Putri Sulung Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X ini diiringi dengan irama gejog lesung yang dimainkan delapan abdi dalem keparak.

Upacara Numpak Wajik dibuka dengan doa yang dipimpin abdi dalem konco kaji. Jodhang atau landasan gunungan mulai dipersiapkan. Alunan gejog lesung yang membawakan gendhing Tudhung Setan pun dimainkan. Selanjutnya adonan wajik dituang pada jodhang lalu rangka Gunungan Putri dipasang.

Lalu terdapat prosesi mengoles singgul atau dinglo bengle oleh abdi dalem keparak pada jodhang. Sinjang songer atau kain panjang dililitkan pada rangka gunungan. Setelah selesai diisi wajik, Gusti Mangkubumi lantas menyematkan kain warna putih biru bermotif Bangun Tulak sebagai simbol tolak bala setelah mustaka atau bagian atas Gunungan Putri yang dipasang oleh Kanca Abrit.

Alunan gejog lesung pun berhenti menandai prosesi Numplak Wajik telah selesai. Sisa Singgul atau lulur herbal kemudian dibagikan kepada abdi dalem dan masyarakat yang hadir di luar Panti Pareden. Prosesi inilah yang dinanti dan menjadi rebutan warga. Setelah mendapatkan Singgul, warga lalu mengoleskannya di belakang telinga dan anggota tubuh lainnya.***

Sumber: Humas Prov DIY

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours