BIDIK EKSPRES – Karena berada di tengah pemukiman warga, dan berdampak buruk terhadap lingkungan, salah satu tokoh masyarakat yang tergabung dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Inovasi Kemaslahatan Indramayu menolak atas pengeboran migas di Desa Sliyeg Kec. Sliyeg, Kab. Indramayu.
![]() |
H. Ares Papih Supriyandi, Wakil ketua LSM Inovasi Kemaslahatan. |
H. Ares Papih Supriyandi, selaku wakil ketua (LSM) Inovasi Kemaslahatan Indramayu mengatkan, bahwa pengeboran tersebut tidak sesuai aturan dan dikhawatirkan merugikan warga setempat. ”Itu sungguh miris dan sangat riskan sekali, dan tidak sesuai spek yang dikerjakan oleh PT. Tiwika, Sebab yang seharusnya 60 ribu kubik, tapi baru 10 ribu kubik sudah dinyatakan selesai dan sama sekali tidak ada tanah merahnya, semuanya tanah hitam” Ungkapnya saat dimintai keterangan di kediamannya Senin 18/03/2019.
Pria yang akrab disapa Papih ini menambahkan pengeboran sumur tersebut akan berdampak buruk terhadap lingkungan, belum lagi suara bising yang ditimbulkan dari aktifitas pengeboran itu.
“Tak hanya persoalan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari pengeboran tersebut, PT Tiwika juga tidak memenuhi Standar Opration Prosedur (SOP), sehingga membuat warga juga merasa khawatir karena mengingat kejadian blow out yang terjadi di wilayah kecamatan Tukdana Kabupaten Indramayu tahun 2018 kemarin,” katanya.
[ads-post]
Papih mengungkapkan, terkait titik minyak yang ada di Desa Segeran sekitar
28 ribu sampai 30 ribu, itu sama sekali tidak memenuhi corum, karena menurut Papih jarak antara Desa Tambi, Sliyeg, Gadingan, Segeran Utara dan Segeran Selatan, itu akan di lakukan bor miring (Boring).
28 ribu sampai 30 ribu, itu sama sekali tidak memenuhi corum, karena menurut Papih jarak antara Desa Tambi, Sliyeg, Gadingan, Segeran Utara dan Segeran Selatan, itu akan di lakukan bor miring (Boring).
“Hal itu sangat membahayakan sekali, apa lagi sebelumnya di desa Sukaperna Kec Tukdana Bangodua itu sudah ada sekitar 18 sampai 28 titik yang keluar bor api, bor lumpur dan juga air, serta gas” Katanya lagi.
Masih menurut Papih, pihaknya sangat mengkhawatirkan hal tersebut akan memicu ketika dilakukan bor miring dari Desa Tambi ke desa Segeran.
“Saya khawatir nanti Indramayu akan mengalami bencana Lapindo ke dua, mengingat Indramayu ini kaya akan minyak dan gas, juga merupakan Palung daripada BBM se Indonesia, Kami warga kecamatan Sliyeg menolak atas pengeboran tersebut” Tegasnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak dinas dari kecamatan Sliyeg, serta kepala Desa Sliyeg dan juga PT Tiwika masih belum bisa ditemui untuk dimintai keterangan, terkait keluhan warga yang menolak pengeboran tersebut.
Papih menegaskan, Pihaknya tidak melarang pihak PT Tiwika, untuk membuka pengeboran sumur minyak baru di lokasi tersebut. Dengan syarat dan ketentuan yang harus disepakati “Jika tidak mau menerima syarat tersebut, silahkan saja cari lokasi lain. Jangan disini,” tegasnya. (AAP)